Belum banyak yang tahu soal Bell's Palsy, cuma kebetulan saya tahu, karena beberapa teman pernah mengalaminya.
Berawal dari perjalanan malam dengan sepeda motor, kita menempuh jarak 80an KM, dan durasi waktu sekitar 1 jam.
Kondisi saat itu sedang sariawan, dan kalo saya yakini pas ssriawan itu sistem imun tubuh kita lagi drop. Hanya saja ini nggak menjadi pertimbangan, karena buat saya perjalanan malam itu sudah biasa.
Sombong? Ia sih dikit.
Lanjut deh, semua baik-baik aja, sampai besok paginya pas bangun tidur itu badan menggigil, karena pagi itu dinginnya super. Masih nggak berasa aneh, cuma ngerasa di lidah kok aneh ya. Mungkin si sariawan bikin lidah rasanya aneh.
Masih belum mikir aneh-aneh juga, tapi kok lidah mati rasa sebelah ya. Ditambah kepala bagian belakang telinga itu sakitnya bukan main.
Langsung deh coba browsing sana sini, ada info kemungkinan memang sariawan ada yang bikin lidah sampai kebas atau mati rasa. Ya udah deh, mengakhiri pencarian.
Besok paginya pas di hari Rabu, bangun pagi gosok gigi, udahannya kok bibir pas ngomong gak simetris.
Wah, ada apa ini???
Mulai panik kan, sharing sama suami, suami coba nenangin. Dia bilang kemungkinan itu sariawannya gede, jadi begitu. Apa ia?
Kembali deh browsing di Google, ya sekarang Google jadi dokter pertama yang akan menjadi media diagnosa.
Dan yang saya temuin adalah soal Bell'd Palsy, gejalanya persis, dan efeknya juga persis sama.
Dugaan saya itu kemudian saya ceritakan lagi pada suami. Dan dia bilang, "Mata masih bisa dibuka tutup kan?" Kujawab masih, ya saya tau itu cara dia menenangkan istrinya yang sebenernya mulai panik.
Dalam hati, saya ngerasa ini Bell's Palsy, tapi suami menyangkal, ya entah emang menyangkal atau cuma buat menangkan saja.
Akhirnya sore hari, suami ajak ke dokter deh. Karena lagi kondisi pandemi, dan kebetulan Rumah Sakit langganan kami sedang lockdown, jadilah kita pergi ke dokter faskes 1 BPJS.
Tanpa menunggu lama, karena klinik sepi, saya langsung diperiksa, dokter pun langsung mendiagnosa kalau saya kena Bell's Palsy.
Yah, sudah terjawab deh. Semua kegalauan kemarin terjawab, dan pas diceritain ke suami juga kaget. Tapi ya bagaimana lagi, dokternya kali ini udah bilang, bukan saya yang googling.
Lanjut deh dokter umum kasih rujukan ke dokter saraf. Pertama di rujuk ke Sinar Kasih, langaung kudatangi Sinar Kasih, eh malah dokternya udah selesai praktik. Padahal di jadwal masih ada.
Bagian admin ngasih tahu kalau memang harusnya masih ada praktik, tapi semasa pandemi dokter yang malam itu cuti. Okelah kubalik lagi, bukan ke rumah, tapi ke dokter umum lagi dan minta ganti surat rujukan.
Dokter umum ganti surat rujukan ke RS Islam, cuma syaratnya jangan minta ganti lagi "capek saya" begitu kata-kata bu dokter dan saya iya kan.
Meluncurlah saya ke RSI, dan kembali lagi, sampai disana dokternya udah pulang, padahal masih jam praktik. Ini maksudnya apa??
Udah males aslinya, tapi admin di RSI nyaranin untuk daftar ikut periksa hari Senin. Terus harus nunggu hari Senin, sedangkan saat itu hari Jumat.
Ya udah deh saya iya kan, dan daftar untuk poli saraf hari Senin, meski ragu.
Saat itu suami sambil browsing fasilitas rumah sakit yang bisa jadi tempat periksa dengan fasilitas asuransi yang kami miliki, selain rumah sakit Elisabeth yang sedang lockdown.
Akhirnya nemu deh, rumah sakit Ananda. Suami langsung ngasih tahu kalau hari Sabtu besok ada jadwal praktik dokter sarafnya.
Pertimbangan ini itu, akhirnya udahlah Sabtu kita ke RS Ananda. Ini baru pertama kali kesana dan beruntungnya langsung periksa dan ketemu sama dokter saraf.
Dokter saraf juga diagnosa nya sama Bell's Palsy, dan saya diarahkan untuk fisioterapi satu minggu setelah hari pertama 'serangan".
Mulai deh setiap minggu fisioterapi. Karena konon Bell's Palsy ini bisa sembuh tanpa komplikasi, asalkan rajin terapi, latihan, dan juga minum obat yang teratur.
Jangan lupa berdoa juga yang penting.
Next diceritain lagi ya gimana perkembangannya dan gimana sih rasanya hidup dengan anggota tubuh yang nggak berfungsi sementara.
Comments
Post a Comment