Hal yang tidak pernah habis di dunia ini adalah alasan, dan hal yang sangat terbatas keberadaannya adalah logika.
Ada sebuah pertanyaan andalan yang akan dilontarkan kepada seseorang yang masih belum menikah saat usia mereka sudah ada di atas 25 ke atas, pertanyaan itu adalah mengenai pernikahan.
Kapan menikah?
Kenapa belum menikah?
That's bla bla bla... dan buat kalian yang hanya ingin menutup telinga saat menghadapi pertanyaan itu, cobalah lihat alasan berikut yang mungkin kadang hilang dari logikamu saat menghadapi pertanyaan sakral itu.
Jika banyak pandangan negatif yang seringkali muncul saat seseorang yang sudah cukup umur belum menikah, maka apakah hal positif yang terjadi juga tidak diperhitungkan?
Menikah Bukan Soal Usia
Menikah bukan soal umur, tetapi tentang kesiapan mental dan kedewasaan. Dan kedewasaan seseorang tidak diukur dari seberapa usianya, tapi dari cara berpikirnya. Saat ini bisa saja orang yang baru berusia 20 tahun sudah memutuskan untuk menikah, karena secara mental di sudah siap untuk berumah tangga, dan siap menghadapi dilematika kehidupan berumah tangga yang akan muncul di hadapannya. Namun berbeda dengan seorang yang sudah berusia 25 ke atas namun belum memiliki kesiapan mental untuk menikah, membina sebuah relasi kemitraan dengan pasangannya dan menghadapi dilematika rumah tangga yang masih jauh dari pikirannya.
Menikah Itu Perlu Biaya
Materi memang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia selama manusia itu masih hidup. Mungkin dangkal jika kita berpikir "Mau menikah belum ada modal" bagi sebagian orang akan menertawakannya. Tapi biaya dan materi dalam hal ini tidak melulu mengenai biaya pesta pernikahan yang sebenarnya tidak pokok, tapi lebih pada biaya dimasa yang akan datang setelah pesta usai dan kita mulai mengarungi bahtera rumah tangga. Apakah perbekalan kita telah siap? Apakah amunisi kita mencukupi? Apakah pekerjaan yang kita miliki sudah cukup mapan dan tangguh untuk menyokong kehidupan kita dan pasangan? Hal ini harus dipikirkan dengan baik, karena hidup ini perlu prioritas.
Pernikahan Itu Harus Menghasilkan Perubahan Yang Baik
Untuk apa kita melangsungkan pernikahan jika setelahnya tak ada perubahan baik yang terjadi dalam diri kita dan pasangan kita? Bukankan sebuah pernikahan yang baik harus menghasilkan hasil yang baik dan positif. Jika tak ada hal positif dan baik yang terjadi setelah menikah, lantas apa bedanya sewaktu kita belum menikah. Karena pada dasarnya pernikahan tak hanya sebuah ikatan yang sah secara hukum saja, tapi kita harus mengerti hakikat sebuah pernikahan.
Pernikahan Tidak Hanya Sebuah Legalitas
Banyak orang berkata "Menikahlah untuk menghindari maksiat" "Menikahlah agar hubungan kalian sah". Apakah menikah hanya mengenai legal akses untuk menyalurkan nafsu seksual?
Menikah tidak melulu hanya untuk menyalurkan nafsu seksual, melainkan menikah adalah mengenai kesediaan kita untuk saling menerima kekurangan dan kelebihan satu sama lain dengan pasangan kita. Jika menikah hanya untuk menjadi media penyaluran nafsu seksual, maka apa jadinya jika kita telah tua kelak, saat sang wanita telah menopouse dan sang pria sudah impoten? Apakah masih ada loyalitas kita untuk saling berbagi dan setia satu sama lain.
Saat Menikah Adalah Saat Mandiri
Ada orang-orang yang memiliki prinsip kuat mengenai kemandirian. Dan mereka memutuskan untuk menikah saat diri mereka telah benar-benar mandiri dan tidak memiliki ketergantungan terhadap orang tua mereka. Bayangkan saja, apa yang terjadi jika saat kita menikah, kita masih hidup "menumpang" di rumah orang tua. Akan banyak terjadi "ketidaknyamanan" dari masing-masing pihak, berbeda jika saat kita telah menikah, kita bisa langsung tinggal di rumah kita sendiri, membangun keluarga kita sendiri, berjuang bersama-sama agar tidak menjadi beban orang tua kita. Tak hanya itu saja, banyak juga pasangan yang sudah menikah, dan menitipkan anaknya di rumah kakek nenek mereka, karena pasangan itu memutuskan untuk bekerja dan tidak bisa mengurus anak.
Apa jadinya jika seperti ini, apakah hal baik yang akan ditimbulkan dengan tidak adanya kemandirian kita setelah kita menikah? Bayangkan saja, orang tua mu telah mengurusmu sejak kecil hingga besar, lantas sekarang kamu tega membiarkan orang tua mu mengurusi anakmu. Anak macam apa kamu, bukankan setelah menikah kamu seharusnya mampu bertanggungjawab atas keluargamu.
Menikah Itu Perlu Ridho Allah Bukan Hanya Dorongan Manusia
Jika semua alasan telah dilontarkan, dan kita sudah siap segala apapun, maka Ridho Allah yang kita tunggu.
Comments
Post a Comment